Soeharto: Kalau Lampu Merah, Ya Merah Saja

VIVAnews - Presiden kedua RI Soeharto memang sosok yang kontroversial. Sebagian orang memandang Soeharto sebagai sosok tegas, yang bahkan cenderung dianggap diktator. Namun, untuk sebagian orang yang mengenalnya secara dekat, Soeharto masih dikenang sebagai sosok yang sederhana.
Salah satunya seperti yang dikenang ajudan Soeharto, Maliki Mift, yang mengawal Soeharto setelah dijatuhkan dalam sebuah gerakan reformasi di tahun 1998. Kisah Maliki seperti yang dituturkan dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories'.   

Saat pertama kali melapor ditugaskan sebagai Pengawal Khusus Mantan Presiden, Maliki sempat ditanya Soeharto. "Saya sekarang bukan presiden lagi. Apa masih mau ikut saya?" tanya Soeharto. Maliki kemudian menjawab bahwa memang tugasnya menjaga Soeharto yang berhak mendapat pengawalan sebagai mantan kepala negara.

Di hari pertama bertugas mendampingi Soeharto dalam acara di luar rumah, Maliki mempersiapkan pakaian terbaiknya. "Batik terbaik, setidaknya batik sutra," jelas Maliki. Namun, begitu kagetnya Maliki saat mengetahui kalau ternyata Soeharto mengenakan batik biasa, sama seperti yang dikenakannya sehari-hari di rumah.

Diam-diam, Maliki pun mengganti batik sutra yang telah dikenakannya. Beberapa kali hal itu dialami, hingga Maliki paham kebiasaan Soeharto dalam berpakaian.

Walau dikenal sebagai sosok yang sangat disegani saat masih berkuasa, Soeharto menganggap dirinya hanya rakyat biasa. Walau berhak mendapat pengawalan, Soeharto menolak. 

"Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa, jadi kasih tahu polisinya," ucap Soeharto. 

Maliki kemudian mensiasati ini dan meminta polisi mengikuti dari belakang. Hal yang wajar, mengingat kebencian masyarakat kepada Soeharto terhitung masih tinggi usai reformasi. 

Tapi Soeharto mengetahui siasat itu, dan tetap menolak pengawalan. "Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah!" ketus Soeharto.

Karena masih khawatir, ide baru kemudian melintas di pikiran Maliki. Melalui radio, Maliki meminta kepada polisi yang bertugas untuk mengatur lampu lalu lintas. Jadi, setiap Soeharto akan melintas, Maliki menghubungi polisi dan meminta agar lampunya disetel jadi hijau. 

Namun, Soeharto mengendus keanehan itu. Karena curiga itu dilakukan Maliki, Soeharto pun menegur Maliki.

"Ini lampu kenapa hijau terus? Polisi tidak usah diberi tahu. Sudah, saya rakyat biasa, kalau lampu merah, ya biar merah saja," kata Soeharto.  

Masa kepresidenan Soeharto selama 32 tahun memang penuh kontroversi. Dalam mempertahankan kepresidenan, Soeharto dikenal tegas, bahkan sering dianggap melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Karena itu ketika Soeharto meninggal di usia 86 tahun, media asing banyak yang menyebut Soeharto dengan embel-embel "diktator asal Indonesia".

Soeharto pun sempat diusulkan menjadi pahlawan nasional beberapa waktu silam. Namun, usulan ini spontan ditentang, terutama oleh mereka yang menjadi korban pelanggaran HAM di masa Orde Baru. 

Kontroversi kemudian muncul lagi ke publik saat survei Indobarometer memperlihatkan adanya kerinduan kepada era Orde Baru. Meski banyak yang mempertanyakan metode dan pertanyaan yang diajukan dalam survei, hasil survei dinilai akibat kekecewaan terhadap era reformasi yang belum membawa perbaikan di Indonesia, jadi bukan karena kerinduan akan masa kepemimpinan Soeharto.


Bagi Anda yang Ikut Taruhan Bola kami Rekomendasikan www.vegas99bet.com sebagai Agen Taruhan Bola Terpercaya